Minggu, 20 April 2014

Kenangan Manis dan Kenangan Pahit, Mengapa Mudah Diingat?



Assalamu'alaikum,wr,wb.

Pada postingan psikologi yang keempat ini, saya akan membahas tentang memori, terutama yang berkaitan dengan peristiwa besar yang pernah dialami manusia.

Saya mulai postingan ini dengan dua kisah yang berbeda dari dua orang mahasiswi semester 4, Maria dan Nisa, seorang dosen psikologi meminta mereka untuk menceritakan sebuah momen yang paling mereka ingat, dan pengaruhnya terhadap kehidupan mereka sekarang.

Kisah pertama.  Saat kelas 1 SMA, Maria menyukai seorang cowok di sekolahnya. Tak disangkanya, cowok itu juga suka padanya dan menyatakan cinta kepada Maria. Sejak saat itu, mereka berpacaran dan mengalami momen-momen indah, seperti kencan pertama di taman, merayakan satu tahun jadian, dll.

Namun, setahun kemudian, Maria mendapati bahwa pacarnya berselingkuh dengan cewek lain. Maria menudingkan hal tersebut kepada pacarnya, namun sang pacar tak mau mengaku. Terjadilah pertengkaran di antara mereka yang berujung pada putusnya hubungan mereka berdua. Sebenarnya, Maria masih menyukainya, namun dia sudah terlanjur sakit hati akibat perbuatan cowok tersebut.

Saat ini, Maria masih menyukai cowok itu walaupun dia telah lama putus dengan pacarnya. Dia masih dapat mengingat dengan baik kenangan manis selama pacaran sekaligus kenangan buruk saat putus.

Kisah kedua. Ketika SD kelas 5, Nisa meraih rangking 1 umum di sekolahnya. Nisa sangat senang karena untuk yang pertama kalinya dia meraih peringkat pertama. Sebagai hadiah, kedua orang tuanya mengajaknya bertamasya ke sebuah theme park yang sangat dia inginkan untuk dikunjungi. Nisa mecoba berbagai wahana di sana dengan hati riang.

Nisa yang tengah menaiki bianglala (Ferris Wheel) dengan posisi paling atas keheranan melihat orang-orang berlari kepanikan. Tiba-tiba, Nisa pun merasakan getaran di sekitar bianglala.  Nisa ketakutan. Kemudian terdengar suara dari speaker yang memberitahukan bahwa gempa yang cukup kuat telah terjadi di daerah tersebut. Nisa pun langsung panik, menangis agar segera diturunkan. Operator bianglala pun segera menurunkan penumpang. Nisa pun mencari kedua orang tuanya yang telah menunggunya dengan penuh kepanikan. Mereka pun segera menyelamatkan diri ke tanah lapang. Saat melarikan diri, sebuah tiang rubuh dan hampir mengenai tubuh Nisa. Nisa pun sangat kaget dan ketakutan karenanya.

Akibat peristiwa itu, hingga kini Nisa jadi phobia terhadap theme park, terutama bianglala. Namun dia juga tak dapat mengelakkan betapa menyenangkannya menjadi rangking 1 di sekolahnya untuk pertama kali.

Untuk membuktikan bahwa peristiwa tersebut membekas di benak mereka, sang dosen menguji mereka. Beliau pun mengatur rencana tanpa mereka ketahui. Pertama, sang dosen sengaja mempertemukan Maria dengan mantan pacarnya. Kontan ekspresi Maria berubah, terkejut kemudian getir. Maria pun berkata, “Andai aja saya bisa melupakan dia, tapi kenangan manis selama kami pacaran bener-bener gak bisa dilupain!”. Kedua, sang dosen mengajak Nisa pergi ke theme park yang sama. Ekspresi Nisa langsung kecut. Kemudian sang dosen menunjukkan bianglala pada Nisa. Nisa langsung gemetaran dan bergerak menjauhi bianglala.

Apa yang dapat Anda simpulkan dari kedua kisah di atas? Benar, kenangan manis dan kenangan pahit yang beriringan dalam satu momen: cowok dan theme park.  Baik Maria maupun Nisa mengingat peristiwa yang mereka alami itu dengan baik.

Baiklah, mari saya jelaskan hal di atas secara teoritis. Ingatan tentang peristiwa-peristiwa, seperti halnya di atas, disebut ingatan episodik. Ingatan episodik menyimpan informasi dalam bentuk gambaran (bayangan) yang diorganisasikan berdasarkan pada kapan dan di mana peristiwa-peristiwa terjadi. Ketika dosen bertanya mengenai momen yang paling mereka ingat, ingatan Maria dan Nisa langsung tertuju pada kedua momen yang telah diceritakan di atas. Tak salah lagi, ingatan tentang peristiwa itu tersimpan dalam memori jangka panjang yang dapat dimunculkan kembali jika dikehendaki. Proses saat mereka memanggil ingatan mengenai momen tersebut disebut recall memory. Hal ini pun tampak saat dosen menguji mereka dengan mempertemukan mereka dengan elemen utama peristiwa itu (cowok dan theme park). Mengapa kedua peristiwa itu yang pertama kali terbesit di pikiran mereka?

Mengenai proses penyimpanan informasi ke memori jangka panjang, walaupun ingatan itu bertahan selamanya, tidak berarti bahwa semua yang pernah dialami itu akan masuk dan tinggal seluruhnya dalam ingatan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi daya ingat, yaitu: usia, kondisi fisik, emosi, minat dan motivasi.

Dalam hal ini, saya mengklaim bahwa ingatan Maria dan Nisa tentang peristiwa itu dipengaruhi oleh emosi. Dalam kisah pertama, perasaan bahagia Maria saat jatuh cinta dan pacaran sangat mendominasi kenangan manis yang dialaminya, sedangkan kenangan pahit dipengaruhi oleh perasaan sedih dan terluka akibat perbuatan pacarnya. Dalam kisah kedua, Nisa merasakan senang karena meraih rangking 1 dan mendapat hadiah dari kedua orang tuanya, serta rasa takut dan trauma akibat gempa dan kecelakaan yang nyaris menimpanya. Emosi-emosi tersebut menyentuh perasaan keduanya sehingga peristiwa itu terekam jelas dalam memori mereka dan membekas dalam diri mereka.

Saya akhiri tulisan saya sampai di sini. Saya mohon maaf jika pembaca mendapati kesalahan pada tulisan ini.




Rabu, 02 April 2014

Ubah Motivasi Anda!


Assalamu'alaikum,wr,wb.

Ini adalah postingan psikologi saya yang kedua. Kali ini saya akan membahas tentang motivasi. Saya mulai tulisan saya ini dengan sebuah contoh kasus.

Fatimah dan Grace baru lulus dari SMA dan berniat untuk mengikuti SBNPTN karena keduanya gagal di SNMPTN Undangan. Mereka memilih program studi Teknologi Informasi (TI) di sebuah universitas. Bedanya, Fatimah memilih TI pada pilihan pertama karena TI memang program studi impiannya, dengan alasan Fatimah tertarik dengan hal-hal yang berkaitan dengan komputer. Sedangkan Grace memilih TI pada pilihan kedua, yang dipilihnya secara asal-asalan, dimana pilihan pertamanya adalah Pendidikan Dokter, karena dia hanya ingin menjadi dokter dan tak memikirkan yang lain. Alhasil, setelah pengumuman tiba, keduanya lulus di TI.

Apa reaksi mereka saat mengetahui kabar kelulusan mereka? Fatimah akan merasa senang dan bahagia karena keinginannya untuk masuk TI tercapai. Bagaimana dengan Grace? Dia mungkin akan merasa kecewa karena tidak bisa meraih apa yang diinginkannya. Di sisi lain, bisa jadi dia akan merasa lega karena sudah diterima di universitas dan tidak perlu memikirkan ujian masuk lain atau masuk lewat jalur mandiri jika dia tidak lulus SBNPTN.

Sekarang, mari kita perhatikan Grace. Jika Grace tidak puas dengan apa yang telah diraihnya saat ini (lulus di TI) dan tetap bersikeras untuk lulus di Pendidikan Dokter, dia mungkin akan mencoba jalur masuk yang lain, seperti UMB atau Jalur Mandiri. Sebelum Grace melakukannya, dia berpikir ulang. Bagaimana jika dia juga tidak lulus di UMB? Apakah kedua orang tuanya akan setuju jika dia menempuh Jalur Mandiri yang biayanya selangit?

Di sini terlihat bahwa Grace tengah menghadapi konflik approach-avoidance. Dia berada pada dua pilihan yang menguntungkannya namun memiliki sisi yang tak menguntungkan; tetap memperjuangkan impiannya dengan resiko tidak lulus UMB atau menghadapi biaya Jalur Mandiri yang sangat mahal, atau menerima kelulusannya di TI dengan tidak sepenuh hati.

Sampai di sini, anggap saja Grace menerima kelulusannya di TI. Ia dan Fatimah telah menjadi mahasiswi TI. Meskipun telah menjadi mahasiswi TI, dia tetap menyimpan impian untuk menjadi seorang dokter. Bagaimana dengan kuliahnya di TI? Bisa jadi dia mampu mengikuti perkuliahan dengan baik, atau mungkin dia tidak mengerti sama sekali.

Sedangkan Fatimah menjalani perkuliahannya dengan hati riang. Sesulit apapun materi kuliah di TI, dia tetap belajar dengan tekun dan berusaha untuk memahami. Minatnya pada komputer telah memotivasinya untuk belajar, mencari tahu lebih banyak tentang komputer dan teknologi informasi. Inilah yang disebut dengan motivasi intrinsik.

Cerita tentang Fatimah dan Grace saya sudahi sampai di sini. Sekarang saya ajukan pertanyaan kepada pembaca yang khususnya mahasiswa: apakah Anda memilih program studi yang sedang Anda tempuh saat ini berdasarkan keinginan sendiri, atau orang lain, atau hanya asal pilih?

Bagi Anda yang sudah terlanjur kuliah di program studi yang tidak Anda inginkan seperti Grace, Anda jangan langsung ogah-ogahan kuliah. Saya tahu, rasanya sangat berat menjalani sesuatu yang tidak sesuai dengan kehendak hati kita. Cobalah pikirkan hal lain yang dapat memotivasi Anda selain kehendak hati. Pikirkanlah kedua orang tua Anda yang telah membiayai Anda kuliah, yang meletakkan harapan mereka di atas pundak Anda. Seperti itu. Jadikan kedua orang tua Anda sebagai motivasi eksentrik Anda.

Selain itu, carilah sesuatu yang menarik dari apa yang Anda kerjakan. Hal tersebut dapat membangun motivasi dalam diri untuk mengerjakan sesuatu. Lebih lanjut lagi, hal yang menarik itu dapat Anda kaitkan dengan impian besar Anda, sehingga Anda merasa lebih dekat dengan impian Anda itu, atau bahkan dapat mewujudkan impian Anda! Misalnya, Grace ternyata cukup tertarik dengan desain web, maka dia membuat blog/website yang dia desain sendiri yang berkaitan dengan kedokteran.

Apapun hal yang Anda kerjakan saat ini, buatlah suatu motivasi yang akan membuat Anda fokus dengan pekerjaan tersebut. Kita hidup memiliki tujuan, memiliki pencapaian. Tujuan dan pencapaian itu yang akan membuat kita semakin hidup. Hidup tanpa tujuan dan pencapaian, yang mengalir mengikuti arus, adalah hidupnya orang-orang malas dan putus asa.

Saya sudahi tulisan saya ini. Saya mohon maaf bila Anda menemukan kesalahan dalam tulisan saya.